Selasa, 04 Oktober 2011

TUGAS HUMAS 2


Sumber : Jawa Pos, Minggu 21 Agustus 2011

            Salah satu berita di koran yang menggerakkan hati saya untuk berkomentar adalah berita mengenai “Virus Bersepeda dari Jogja”. Dalam berita tersebut tertulis bahwa Walikota Jogjakarta Herry Zudianto berkomitmen untuk  mewujudkan  kembali  citra positif Jogjakarta yang dulu pernah dikenal sebagai kota bersepeda. Komitmen itu ditunjukkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) yang melarang mahasiswa baru untuk membawa kendaraan bermotor dan sebagai gantinya kampus menyediakan sepeda ontel/pancal untuk mobilitas aktivitas mahasiswa.
            Bila memandang pada berita diatas, julukan “Sego Segawe” mungkin terdengar di telinga kita adalah sebuah makanan yang asalnya darimana sih? Ternyata julukan “Sego Segawe”  menurut berita diatas bukanlah sebuah makanan melainkan sebuah gerakan bersepeda yang merupakan bentuk usaha Walikota Jogjakarta Herry Zudianto untuk mewujudkan kembali citra positif dari kota Jogjakarta yang dulu pernah dikenal sebagai kota sepeda pada era 1970-1980. Gerakan bersepeda “Sego Segawe” yang artinya Sepeda Kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe ini merupakan bentuk dari penyelenggaraan kegiatan humas. Dikatakan demikian, karena humas itu sendiri memiliki fungsi memberi penerangan pada masyarakat, pembujukan langsung terhadap masyarakat guna mengubah sikap dan tindakan, sebagai usaha untuk mengintegrasikan sikap dan tindakan dari permasalahan dengan masyarakat dan dari masyarakat terhadap permasalahannya ( Edward L. Bernays, Public Relation Univesity of Oklohoma Press ).
            Dalam mensukseskan gerakan bersepeda “Sego Segawe” ini, peran humas sangat diperlukan dan sasaran yang dimaksud berupa publik ekstern yaitu para anggota masyarakat. Masyarakat sendiri terkadang memiiki sifat ego dan gengsi yang tinggi sehingga sangat diperlukan berbagai teknik komunikasi yang tepat, yaitu teknik persuasif yang diartikan membujuk, merayu, meyakinkan. Teknik persuasif ini bertujuan untuk menanamkan pengaruh pada publiknya, sebagaimana dinyatakan oleh Erwin P. Betting House bahwa suatu situasi komunikasi harus mencakup upaya seseorang yang dengan sadar mengubah tingkah laku orang lain atau sekelompok orang lain melalui penyampaian beberapa pesan (Onong-Kepemimpinan dan Komunikasi h.107). Dalam hal ini, komunikasi persuasif yang telah dilakukan oleh Walikota Jogjakarta Herry Zudianto diharapkan akan memberikan penilaian ( citra ) positif terhadap masyarakat Jogjakarta khususnya dan masyarakat di kota lain pada umumnya yang bisa dilakukan mulai dari kalangan anak-anak hingga lanjut usia.
            Untuk itu, segala sesuatu yang bertujuan untuk membina, menciptakan hubungan timbal balik dengan orang lain tidak akan lepas dari peran humas itu sendiri dalam mendorong kemajuan bangsa.

2 komentar:

  1. kalo dsby kapan warganya untuk bersepada semua dalam berangkat untuk beraktiftas...agar udaranya d surabya tidak semakin panas saja

    BalasHapus
  2. Kalau ada ruang untuk pengguna sepeda pancal pasti aku kemana2 bawa sepeda pancal.
    Mencontoh positif budaya barat yang slalu memakai sepeda pancal di tiap aktivitasnya...

    BalasHapus